Patung Dewa Wisnu |
Sebenarnya sudah
cukup lama pengen mengunjungi museum Trowulan di Mojokerto namun baru bulan
Juni kemarin sempat terwujud, itupun di luar rencana dalam sebuah perjalanan
dari Surabaya. Ceritanya balik dari tugas di kota Pahlawan itu saya pengen mampir
ke Malang tapi gegara satu dan lain hal akhirnya harus langsung balik ke Jogja.
Tapi gak mau rugi dong, udah jauh sampai sini tapi nggak mampir ke mana-mana.
Ketika memasuki kota Mojokerto, langsung deh keinginan untuk mampir ke museum
Trowulan tak dapat dibendung lagi. Apalagi museum ini lokasinya strategis dan
tidak jauh dari jalan raya sehingga tak butuh waktu lama untuk menemukannya.
Dan mulailah
episode Journey to the Past dimulai.Once upon a time in
Majapahit.... Dikisahkan seorang putri bernama Tribuana
Tunggadewi ( byuhhh...dari dulu mengapa daku terobsesi dengan putri Majapahit
satu itu ya...hihihi ) hidup dengan penuh derita di tengah kemewahan istana.
Sebagai pelipur lara, sang putri gemar sekali bermain bende, alat musik dari
perunggu yang pada jaman itu merupakan alat musik favorit selain kenong dan
kempul. Sepertinya kita jadi tahu dari mana cikal bakal gamelan berasal.
Ternyata sejak jaman Majapahit, nenek moyangku sudah pandai bermain gamelan.
Alat musik bende |
Puas mengamati
alat-alat musik kuno, saya pindah ke ruang koleksi prasasti. Kalo denger nama
prasasti rasanya epik dan monumental banget. Iyalah, tentu saja begitu karena
sejatinya setiap peristiwa sejarah diabadikan dalam sebuah prasasti misalkan
prasasti Sebaluh, Shinta dan Gosari. Khusus prasasti Shinta contohnya,
berisikan karya sastra jaman Majapahit
di mana kita bisa mengetahui nama pujangga beserta karya-karya terbaiknya masa
itu. Euhmm, andaikan buku nikah bentuknya seperti prasasti pasti bisa dipajang
di museum biar nantinya akan dikenang anak cucu 7 turunan mendatang. Kesannya
everlasting gitu ya....
Kebanyakan prasasti
ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan Pallawa yang hanya bisa kukagumi saja tanpa
mengerti arti naskah secara keseluruhan. Mungkin kalo berkesempatan ke sana
lagi saya akan mengajak penerjemah bahasa Kawi/Jawa Kuno dan Sansekerta supaya lebih menghayati
makna tiap prasasti di sana hehehe Gayanya kayak ahli sejarah ajah euy!! Namun
ada sebuah prasasti kuno berbahasa Arab menerangkan kedatangan Fatimah, salah
satu muslimah pertama yang menginjak pulau Jawa. Sepertinya beliau mampir ke
sini dalam rangka urusan perdagangan karena jaman itu Majapahit mencapai masa
kejayaan berkat perdagangannya.
Selain terkenal
dengan perdagangan, Majapahit mempunyai segudang seniman berbakat terutama
dalam bidang seni pahat, patung dan tembikar. Sungguh mengagumkan karya nenek
moyangku itu. Dengan segala keterbatasannya, mereka mampu menghasilkan
patung-patung cantik seperti patung Budha, Ganesha dan Wisnu yang begitu megah
terpajang dalam ruang khusus seni patung di museum ini.
Ganesha in action |
Sepanjang
pengamatan saya, patung paling hits jaman itu sepertinya patung Ganesha karena
di sini banyak banget koleksi Ganesha dalam berbagai gaya. Eitsss....emangnya
dia suka narsis mejeng sana-sini. Enggaklah pastinya...Ganesha hanya punya dua
gaya pamungkas. Duduk bersila dalam posisi lotus dengan penuh keanggunan dan
satunya lagi dalam posisi berdiri tegak bagai sang pengawal semesta yang siap
dengan pencerahan ilmu pengetahuan. Yah... Ganesha dalam wujud gajah itu memang
terkenal sebagai dewa ilmu pengetahuan makanya sering kepake sebagai simbol
dalam dunia pendidikan.
Trowulan tidak
hanya memiliki museum saja mengingat nama resmi tempat ini adalah Kawasan Cagar
Budaya Trowulan. Masih banyak lokasi di sekitar museum yang wajib dikunjungi
seperti candi Tikus, candi Bajang Ratu, Umpak Tujuh Belas, Pendopo Agung dan
lain-lain yang merupakan reruntuhan kerajaan Majapahit. Namun sayangnya, saya
tidak punya waktu cukup banyak untuk mengelilingi kawasan itu sehingga
agak manyun juga ketika melihat penunjuk arah ke lokasi-lokasi tersebut. Ternyata
belum saatnya saya mewujudkan impian sebagai arkeolog wanna-be dan menjelajah
situs ini bagaikan Indiana Jones.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar