Jumat, 05 Juni 2015

If live is so short......



Menapaki tangga pemakaman keluarga raja-raja Imogiri seolah melakukan perjalanan menuju dunia lain di seberang langit sono. Aura mistis langsung bisa kita rasakan begitu memasuki gerbang utama pajimatan Girirejo Imogiri. Letaknya yang nun tinggi di perbukitan Merak mengharuskan pengunjungnya untuk melalui 400-an anak tangga sebelum menuju makam utama. It’s kind of stairway to heaven............ byuhhh jadi kangen lagunya Led Zeppelin yang satu itu..... And she's buying a stairway to heaven.........

Setiap pengunjung yang pengen ziarah juga
diwajibkan pake kemben bagi cewek dan busono peranakan bagi cowok. Nggak usah ribet bawa jarik dan perlengkapan lainnya karena sudah ada persewaan khusus dengan biaya sekitar 25 ribu per orang. Sewa
Lady of the stair
kain plus layanan jarikan alias memakai jarik/kain bisa dibantu oleh ibu-ibu penjaga makam. Urusan jarik menjarik juga bukan perkara mudah karena kita gak boleh sembarangan pake kain karena harus menyesuaikan pola batik plus ngiket-nya harus bener biar gak terjadi tragedi kemben melorot...upsss........ Tempat persewaannya di dekat pendopo utama di sisi kanan bangunan utama. Langsung aja menuju ke sana kalo ingin ganti busono. Tapi inget, kalo pengen berziarah kita harus dalam keadaan bersih alias lagi gak menstruasi. Kalo lagi mens gak boleh ya tengok-tengok ke makam. Lewatkan waktu duduk-duduk aja di pendopo ato narsis-an dari gapura ke gapura,dari tangga ke tangga. Seperti kisah saya siang itu yang menjelma menjadi putri tangga. Narsis abis pindah dari anak tangga satu ke tangga lain persis kayak main ular tangga hihihihi


Pemakaman Imogiri merupakan makam raja-raja Mataram dari kraton Jogja dan Solo sehingga kita bisa ziarah ke makam Sri Sultan HB I hingga HB IX serta makam trah Sri Susuhan Pakubuwono dari kraton Solo. Euhm, nggak kebayang gimana ngangkut jenazahnya buat dimakamkan di tempat setinggi ini ya.... Naik tangga pake kekuatan sendiri aja sudah susahnya minta ampun apalagi kalo bawa-bawa peti jenazah. Udah gitu kalo pemakaman raja kraton Solo harus nambah extra time buat perjalanan Solo-Jogja-Imogiri sekitar 2,5 jam.

Kebetulan saya ziarah ke kompleks pemakaman yang dibangun oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo ini bertepatan dengan bulan ruwah alias sebelum puasa sehingga waktu-nya pas banget. Bulan ruwah dipercayai masyarakat Jawa sebagai bulan baik terutama untuk melakukan ritual 
merti dusun/bersih desa termasuk ‘nyadran’ yang merupakan upacara bersih-bersih pemakaman.

Upacara nyadran tentunya bukan sekedar ritual sesajen belaka karena pada momen ini kita berkumpul bersama untuk mendoakan keluarga,teman,saudara,yang telah mendahului kita menghadap Illahi.
Ziarah ke makam Imogiri mengingatkan kita betapa hidup itu hanya sekejap ato istilah jawa-nya urip ki ming mampir ngombe. If live is so short..... Tiada yang kekal abadi di dunia karena semua manusia akan menghadapi kematian jika takdirnya telah tiba. If i die tommorow......I'd be alright because I believe  that after we're gone the spirit carries on...gitu sih kata Dream Theatre....tapi yang penting apabila kita ingin meninggalkan dunia dalam damai mungkin harus ingat pepatah jika gajah mati meninggalkan gading,manusia mati meninggalkan nama baik. Jadi ketika pada saatnya nanti saya dideportasi dari dunia ini kepenginnya dikenang sebagai manusia yang berkenan di hati semua orang. Tsahhhh..... 

Selamat datang di pemakaman Imogiri
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar