Sabtu, 20 Juni 2015

Borobudur : The Sweetest Thing


Dalam sebuah perjalanan dari Wonosobo ke Jogja ketika bulan purnama menggantung di atas langit Magelang saya teringat seorang sahabat yang bertempat tinggal di Borobudur, tepat di belakang candi agung dan paling ajaib sedunia tersebut. Dulu semasa kuliah, candi Borobudur merupakan tempat hunting foto favorit anak kampus kami. Selain tempatnya yang begitu sakral dan magis, I always feel like home dan begitu menyatu dengan alam desa Kalisegoro, Borobudur. Apalagi sahabat saya, mbak Setija, memang selalu setia menawarkan rumahnya sebagai tempat penginapan gratis plus akses gratis masuk candi via bypass alias melompat pagar candi wkwkwkwk..... 

borobudur view from kalisegoro village
Acara Borobudur Internasional Festival dan hari raya Waisyak adalah moment favorit kami kala itu. Most special ketika malam Waisyak saat bulan purnama tiba, kami ngintip para biksu yang sedang khusuk berdoa di antara temaram ribuan lilin di pelataran candi Borobudur. Sepertinya damai sekali melihat biksu-biksu berkain kuning dan maroon itu memuja Illahi dengan begitu hening, menyatu dalam hati dan seolah-olah beneran lenyap dari tempat ini. Dengan ajaran penuh kedamaian itu pulalah yang membuat kami jatuh hati pada Sidharta Budha Gautama.

Many years later, kami sahabat tiga serangkai kembali ke Borobudur lagi bukan sebagai mahasiswa tapi as a journalist. Surya dan Setija adalah jurnalis handal di kantor berita radio terkenal sementara saya ya sebuah perkecualian. Menjadi jurnalis angin-anginan yang nerima tawaran kerja demi gratisan ke Australia hahahaha *shame on you...*

Ceritanya waktu itu si Surya kebagian jatah liputan desa bahasa di daerah kaki bukit Menoreh tidak begitu jauh dari Borobudur, segeralah ia menghubungi saya plus Setija demi kelancaran risetnya. As a best friend udah pasti kami saling tolong menolong jika salah satu membutuhkan bantuan padahal kami kerja di media yang berbeda. Setelah kelar liputan selama 3 hari, kami mengunjungi candi Borobudur sambil mengenang kegilaan jaman kuliah plus lirak-lirik nyari bule. Apalagi gosipnya David Beckham sekeluarga lagi liburan di Borobudur. Yah siapa tau kami bisa melihat penampakan nyata salah satu pemain terkaya di dunia itu dan berharap ditinggalin some poundsterling buat ongkos pulang hihihihi Wupss..ternyata bukan David tapi yang terlihat di depan mata kami adalah sosok tinggi besar berambut gimbal sekilas mirip Didier Drogba. Wow...is it real Drogba?berharap itu beneran striker Chelsea hitam kelam nan mempesona itu namun apa daya dia sudah berlalu dengan cepatnya. Ah elu sih Sur....pake ribut segala meyakinkan apakah itu Drogba ato bukan. Kenapa gak langsung kita sapa aja selesaiiiiiii!!!

Ketika kami sampe di bawah pohon Bodhi, tempat Sidharta mendapatkan pencerahan, kami bertemu dengan keluarga dari Belanda yang ternyata asal-usulnya dari Tulungagung, Jawa Timur. Ceritanya mereka lagi napak tilas ke tanah nenek moyang di Indonesia. Oh, pantesan ya biar mukanya bule dengan kulit sedikit eksotis tapi ramah dan cerewetnya minta ampun karena sebagian dirinya mengalir darah Indonesia,which is most friendly country on earth hehehe Kalo nggak salah namanya Jasper, Sheila, Heidi dan dua lainnya lupa. Kami segera akrab satu sama lain karena kebetulan sama-sama ngefans klub Ajax Amsterdam dan nodong gosip terbaru tentang pemain  Ajax. Terbukti kan kalo sepak bola itu adalah bahasa universal. Sebut satu klub dari negaranya dan kau langsung cerewet habis membahas bola seolah sudah kenal lama sekali dengan orang itu. Jasper bahkan ngasih alamatnya di Amsterdam.....woaaaa.....We’ll be glad to visit you there..........Sebelum pisahan kami sempat foto bersama plus dengan hati meleleh nyanyiin lagu Amsterdam-Coldplay yang begitu indah itu. 

Come on, oh my star is fading
And I swerve out of control
If I, if I'd only waited
I'd not be stuck here in this hole
Come here, oh my star is fading
And I swerve out of control
And I swear, I waited and waited
I've got to get out of this hole....

 
See you in Amsterdam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar