Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum
tertua di Indonesia yang dibangun pada
tahun 1890. Letaknya nyempil di sebelah taman Sriwedari Solo sehingga kalo
lewat sana seringnya kelewatan lha wong gak terlalu eye
catching. Dan sebagai orang Solo yang hobinya maen ke Gramedia, sungguh memalukan
kalo saya belum pernah ke sana cause Radya Pustaka itu gedungnya pas di depan
toko buku tersebut. Sehingga pada suatu siang setelah nyari diskonan buku, saya
sempatkan maen ke museum dengan harapan nemu primbon ato kitab-kitab Jawa
berisi ramalan masa depan.
Begitu masuk museum mungil ini kita langsung disapa
dengan koleksi arca kecil sang Budha mulai dari Bodhisatwa, Dhyani Budha
Wairocana, Avalokitaswara dan lain-lainnya yang artistik sekali. Patung Budha
Gautama gede malahan dipajang di teras museum ini. Widiww...apa tidak takut
dimaling tuh?padahal museum ini kondang dengan kasus pencurian patung beberapa
tahun lalu.
Selain patung Budha, museum ini juga menyimpan
gamelan, wayang serta keris. Yang paling menarik tuh ngeliat mesin ketik jaman
baheula. Ternyata mesin ketik nggak hanya memuat huruf aplhabet aja tapi juga
bisa dipermak dengan huruf Jawa di mana kita bisa mengetik huruf ho no co ro
ko, do to so wo lo.... Kalo boleh pinjam mesin ini mungkin kata pertama bahasa
Jawa yang pengin ditulis adalah Ing Ngarso sung tuladha, Ing Madyo Mangun
Karso, Tut Wuri handayani....wwwhhh.....hanya itulah pesan Jawa dari Ki Hajar
Dewantoro yang masih keingat sampe sekarang.
Menurut referensi yang saya baca, museum ini menyimpan
kitab-kitab bahasa Jawa tapi mana ya?Mungkin di simpan di perpustakaan di
pojokan itu tapi kok tempatnya tertutup, jadi nggak berani masuk deh. Akhirnya
berhenti di depan perpust ngeliatin koleksi mata uang kuno dari berbagai
negara. Seumur-umur saya baru liat duit dollar dan deutsche mark tapi di museum
ini kita bisa liat mata uang dari Malaysia, Singapura, Turki dan bahkan sampe
ke negara latin seperti Colombia dan Honduras.Hmmm.... it’s all about the
money....it’s all about dubidubidam.......
Museum Radya pustaka mungkin hanya seukuran rumah mungil
sehingga tak butuh waktu lama untuk mengelilinginya. Koleksinya terkesan
sederhana tapi jangan tanya nilai barang-barang itu. Harta karun yang terkubur
di museum ini memang bikin banyak kolektor mupeng pengin memilikinya. Termasuk
saya yang pengen bawa pulang patung Ganesha gendut-gendut menggemaskan
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar