Senin, 11 Januari 2021

New Year's Day : Borneo Jungle Party

All is quiet on New Years’s Day, a world in white gets underway. I want to be with you, be with you night and day. Nothing changes on new year day. On new year day….. Suara sexy Bono U2 seketika membangunkan ingatan saya kala merayakan tahun baru paling ajaib dalam sejarah hidup saya. Bukannya mencari keramaian tetapi malah mendatangi kesunyian di tengah hutan hujan tropis Kalimantan beberapa tahun yang lalu. Membelah belantara Borneo di malam tahun baru itu sesuatu banget……

Sebenarnya tidak ada niatan sama sekali buat tahun baruan di hutan karena liburan akhir tahun itu hanya pengen cabut ke sembarang tempat tanpa tujuan. Sampai ada tawaran open trip ke Tanjung Puting dan langsung saya iyain aja tanpa ekspetasi apapun. Yang penting cabut dari Jogja dan melupakan urusan kerjaan barang sejenak. Dan ternyata malah seru banget bisa kedampar di tengah hutan Borneo tempat konservasi orang utan, bekantan dan primata lainnya. Temen travellingku kali ini juga manusia-manusia langka tapi nyata dari berbagai belahan dunia. Ciyuss, rombongan kami ada anak Polandia, Amerika dan anak Indo yang lagi kuliah di Canada yang semuanya hobi berpetualang tentu saja.

Kami menumpang kapal klotok dari Pelabuhan Kumai menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Kupikir pelabuhan itu letaknya di pinggir laut dengan kapal-kapal besar tertambat di sana dan siap menyebrangkan penumpang ke pulau lain, ehmm ternyata pelabuhan itu letaknya bukan di laut tapi di sungai Kumai. Tapi yang namanya sungai di Kalimantan, gedenya bukan maen sampai bisa dilayari oleh kapal klotok, kapal tradisional yang terbuat dari kayu dan menjadi salah satu moda transportasi air andalan di sana. 

Kapasitas penumpang kapal ini hingga 20 orang dengan fasilitas tempat tidur lesehan, kamar mandi, serta restoran yang dikemas dalam bentuk sederhana. Tapi meskipun semua serba terbatas namun menginap di atas kapal klotok merupakan pengalaman istimewa, tak kalah dengan nikmatnya hotel bintang lima. View kamarnya luar biasa kece karena langsung bersentuhan dengan hutan beserta seluruh habitat yang menghuninya. Penuh teriakan bekantan, tarsius, dan monyet-monyet mungil yang asyik bercanda dengan sesamanya. Selain itu kita bisa kecipak cipik maen air saking deketnya kapal dengan sungai. Kalo kamu punya nyali bisa kasih makan buaya yang hidup diam-diam di bawah kapal kami. Ihhh kok serem ya...Ngebayangin kami hidup di atas rumah buaya hihihi  Kegiatan kami selama di kapal udah pasti asyik ngobrol sana sini saling menceritakan pengalaman travelling kami dan menyusun rencana travelling berikutnya sambal menyantap cemilan yang berlimpah ruah kayak supermarket. Lha wong barusan ketemu di kapal kok sudah sok akrab dan langsung mau bikin rencana jalan ke Mentawai. Dasar anak-anak ilang…..


Bekantan Show
Kapal kami menyusuri sungai Kumai selama kurang lebih 2 jam sebelum akhirnya memasuki camp orang hutan pertama di Pondok Tanguy. Kedatangan kami disambut surprise meriah dari seekor orang utan gede banget yang tiba-tiba meloncat ke kapal kami. Namanya Alfa. Dengan Gerakan ekstra cepat Alfa membereskan sekeranjang buah-buahan di kapal kami. Ohhhh untungnya cuman ambil buah-buahan ya.. coba kalo saya yang diambil dan dilarikan ke dalam hutan.

Alfa - the king of orang utan

Turun dari kapal kami trekking masuk ke hutan untuk melihat feeding time orang utan yang tinggal di Pondok Tanguy. Rimba belantara Kalimantan memang mantap buat dijelajahi. Gelap dan sunyi. Banyak nyamuk lagi. Hutan hujan tropis menyebabkan tingginya curah hujan di dalam hutan sehingga kami sempat basah-basahan diguyur air hujan selama kami nonton feeding time. Orang utan sendiri merupakan bangsa kera besar sejenis simpanse dan gorilla yang bisa hidup di pepohonan dengan membuat sarang dari dedaunan. 

Termasuk binatang omnivora alias pemakan segalanya seperti manusia. Namun makan buah-buahan seperti pisang masih menjadi favoritnya. Terbukti tiap hari minta disuplai pisang berkarung-karung dan selalu dilahap dengan sempurna. Si ibu orang utan datang mengambil jatah pisang sendirian aja sementara anak-anak nunggu di rumah sambil menyiapkan kompor, wajan dan minyak goreng buat menggoreng pisang buat makan siang. Orang utan itu penganut aliran soliter alias suka jalan sendirian sehingga jarang banget ditemukan mereka jalan bergerombol, paling-paling kita hanya menemukan ibu dan anak atau kakak beradik yang tengah asyik mencari kutu rambut.


camp leakey


Kami kembali ke kapal klotok ketika matahari hampir tenggelam. Ngobrol lagi seputar rencana tahun baruan nanti malam sambil menyeruput teh hijau dan menikmati pisang goreng hangat…duhhh… ini membuktikan kita dan orang utan adalah sodara sebangsa dan setanah air yang memiliki selera makan sama hihihi Kok ya kebetulan banget hari ini tanggal 31 Desember alias penghujung tahun, harusnya kami pesta terompet dan kembang api. Tapi karena sekarang kami sedang berlayar menyusuri sungai di pedalaman Kalimantan sehingga tak mungkinlah kami pesta pesta seperti biasanya..Harus dibuat luar biasa ini. 

Jadi malam itu kami berkumpul mengelilingi meja makan bundar kesayangan kami menikmati makan malam dengan hidangan ala Chef Iman, terus  satu persatu dari kami cerita tentang resolusi di tahun baru. Resolusi resolusi kagak jelas yang pada ujungnya menimbulkan kontroversi dan gelak tawa di antara kami. Ketika lagi ketawa tak ada ujungnya itu tiba-tiba ada cahaya berkelap-kelip di pinggiran sungai. Ribuan kunang-kunang bersinar di antara rimbun pohon nipah di sekitar kami. What a damn beautiful light! Dan spontan kami nyanyi Fireflies-Owl City and cheers for the New Year dear friends.....

You would not believe your eyes if ten million fireflies

Lit up the world as I fell asleep

Cause they fill the open air and leave teardrop everywhere

You’d think me rude but I would just stand and stare…………..

I'd like to make myself believe that planet earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay awake when I'm a sleep

Cause everything is never as it seems...........


Happy New Year







 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar