Sabtu, 16 Januari 2021

Last Sunset in Sekonyer

Menikmati senja bulan Desember di tengah rimba Kalimantan adalah hadiah terindah akhir tahun karena senja selalu punya warna berbeda dengan cerita tersendiri di setiap tempat. Every sunset has its own color.  Every sunset has its own story. Dan sore itu kami mencari warna dan cerita senja saat menyusuri sungai Sekonyer di atas kapal klotok menuju Tanjung Puting National Park di provinsi Kalimantan Tengah 

Sungai Sekonyer merupakan anak sungai Kumai, satu dari ratusan sungai yang mengalir di daratan Borneo. Walaupun tidak sepanjang sungai Kapuas atau sebesar sungai Mahakam, namun Sekonyer termasuk istimewa di hati saya. Aura magis sungai ini punya efek menentramkan dan menyembuhkan penyakit jiwa. Serasa ribuan masalah sepanjang tahun lenyap dimakan buaya yang hidup di sungai ini. Lemparkan saja semua masalahmu ke dalam sungai biar puas dimakan buaya-buaya lapar itu.

Sekonyer menyimpan sejuta mistis dan misteri. Sejuta buaya dan sejuta cinta. Dulunya bernama sungai Buaya karena menjadi habitat buaya Borneo namun sejak peristiwa tenggelamnya kapal Lonel Konyer di sungai ini, namanya berubah jadi Sekonyer. Ohhh gitu ceritanya… kupikir Sekonyer itu nama kepala suku Dayak tapi ternyata malah nama kapal Belanda ya… Banyak kejadian mistis pasca tenggelamnya kapal Konyer itu seperti penampakan kapal dan munculnya hantu-hantu bule cakep, serta  kapal terbalik gara-gara tidak meminta ijin menambat di tempat tersebut.

Sore itu bersama wanita-wanita Amazon pecinta hutan kami menikmati senja terakhir tahun 2017 di antara kicau burung Rangkong Gading, burung cantik lambang suku Dayak, yang beterbangan di atas langit Borneo. Saat itu  kami juga bisa menonton the monkey show dari para bekantan, tarsius, dan monyet monyet cantik lucu yang bahagia banget bermain dari satu pohon ke pohon lainnya di sepanjang sungai yang membelah belantara Kalimantan. 

Perjalanan semakin mengasyikkan ketika kapal memasuki Muara Ali which is airnya berwarna hitam legam. Hitam pekat seperti kopi tapi bening bisa buat ngaca. Bagus banget buat foto refleksi awan yang memantul di air. Kagum melihat kecantikan refleksi awan pada bening sungai Sekonyer membuat perbincangan kami sore itu mengarah ke masalah yang sedikit serius tentang refleksi diri. Mumpung akhir tahun, bolehlah kita membuat perenungan hidup, mencoba merefleksikan diri kita di tengah kesunyian alam.

wanita Amazon

Refleksi diri dapat diartikan sebagai sebuah proses eksplorasi dan pemaknaan mendalam terkait diri kita mencakup pikiran, perasaan, perilaku, keinginan, motivasi serta keyakinan kita. Diharapkan kita akan lebih mengenal diri sendiri setelah melakukan refleksi diri. Dalam melakukan refleksi kita perlu jujur dengan diri sendiri, kenali kebiasaan yang rutin dijalani, pahami yang terbaik untuk diri sendiri, serta mampu memaafkan diri sendiri. Berani jujur, menjadi dirinya sendiri seperti kata Christina Aguilera dalam lagu soundtrack Mulan itu kali ya….


when will my reflection show....
who I am inside......


Who is that girl I see, staring straight back at me? When will my reflection show, Who I am inside?

Must I pretend that I’m someone else for all time.. when will my reflection show.. who I am inside.......

There’s a heart that must be free to fly. That burns with a need to know the reason why….

Why must we all conceal what we think how we feel must be a secret me. Im forced to hide.......

I wont pretend that I’m someone else for all time when will my reflection show who I am inside when will my reflection show. Who I am inside….




Yahh.. malah nyanyi lagu Reflection….Dalam setiap perjalanan memang selalu ada soundtrack mengiringi sebuah cerita. Musik adalah bagian kehidupan yang tak terpisahkan dan kadang sebagai alarm pengingat akan momen-momen tertentu. Melalui lagu ini akan kuingat momen refleksi diri akhir tahun pada suatu masa di tengah belantara Borneo kala senja menyapa. Dan mentari senja pun turun mengucapkan selamat tinggal kepada angin Desember….. 

Auf Wiedersehen….. 

Hasta la vista...... 

So Long..... Goodbye....

Hope for better days ahead…..

last sunset in sekonyer


 

Senin, 11 Januari 2021

New Year's Day : Borneo Jungle Party

All is quiet on New Years’s Day, a world in white gets underway. I want to be with you, be with you night and day. Nothing changes on new year day. On new year day….. Suara sexy Bono U2 seketika membangunkan ingatan saya kala merayakan tahun baru paling ajaib dalam sejarah hidup saya. Bukannya mencari keramaian tetapi malah mendatangi kesunyian di tengah hutan hujan tropis Kalimantan beberapa tahun yang lalu. Membelah belantara Borneo di malam tahun baru itu sesuatu banget……

Sebenarnya tidak ada niatan sama sekali buat tahun baruan di hutan karena liburan akhir tahun itu hanya pengen cabut ke sembarang tempat tanpa tujuan. Sampai ada tawaran open trip ke Tanjung Puting dan langsung saya iyain aja tanpa ekspetasi apapun. Yang penting cabut dari Jogja dan melupakan urusan kerjaan barang sejenak. Dan ternyata malah seru banget bisa kedampar di tengah hutan Borneo tempat konservasi orang utan, bekantan dan primata lainnya. Temen travellingku kali ini juga manusia-manusia langka tapi nyata dari berbagai belahan dunia. Ciyuss, rombongan kami ada anak Polandia, Amerika dan anak Indo yang lagi kuliah di Canada yang semuanya hobi berpetualang tentu saja.

Kami menumpang kapal klotok dari Pelabuhan Kumai menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Kupikir pelabuhan itu letaknya di pinggir laut dengan kapal-kapal besar tertambat di sana dan siap menyebrangkan penumpang ke pulau lain, ehmm ternyata pelabuhan itu letaknya bukan di laut tapi di sungai Kumai. Tapi yang namanya sungai di Kalimantan, gedenya bukan maen sampai bisa dilayari oleh kapal klotok, kapal tradisional yang terbuat dari kayu dan menjadi salah satu moda transportasi air andalan di sana. 

Kapasitas penumpang kapal ini hingga 20 orang dengan fasilitas tempat tidur lesehan, kamar mandi, serta restoran yang dikemas dalam bentuk sederhana. Tapi meskipun semua serba terbatas namun menginap di atas kapal klotok merupakan pengalaman istimewa, tak kalah dengan nikmatnya hotel bintang lima. View kamarnya luar biasa kece karena langsung bersentuhan dengan hutan beserta seluruh habitat yang menghuninya. Penuh teriakan bekantan, tarsius, dan monyet-monyet mungil yang asyik bercanda dengan sesamanya. Selain itu kita bisa kecipak cipik maen air saking deketnya kapal dengan sungai. Kalo kamu punya nyali bisa kasih makan buaya yang hidup diam-diam di bawah kapal kami. Ihhh kok serem ya...Ngebayangin kami hidup di atas rumah buaya hihihi  Kegiatan kami selama di kapal udah pasti asyik ngobrol sana sini saling menceritakan pengalaman travelling kami dan menyusun rencana travelling berikutnya sambal menyantap cemilan yang berlimpah ruah kayak supermarket. Lha wong barusan ketemu di kapal kok sudah sok akrab dan langsung mau bikin rencana jalan ke Mentawai. Dasar anak-anak ilang…..


Bekantan Show
Kapal kami menyusuri sungai Kumai selama kurang lebih 2 jam sebelum akhirnya memasuki camp orang hutan pertama di Pondok Tanguy. Kedatangan kami disambut surprise meriah dari seekor orang utan gede banget yang tiba-tiba meloncat ke kapal kami. Namanya Alfa. Dengan Gerakan ekstra cepat Alfa membereskan sekeranjang buah-buahan di kapal kami. Ohhhh untungnya cuman ambil buah-buahan ya.. coba kalo saya yang diambil dan dilarikan ke dalam hutan.

Alfa - the king of orang utan

Turun dari kapal kami trekking masuk ke hutan untuk melihat feeding time orang utan yang tinggal di Pondok Tanguy. Rimba belantara Kalimantan memang mantap buat dijelajahi. Gelap dan sunyi. Banyak nyamuk lagi. Hutan hujan tropis menyebabkan tingginya curah hujan di dalam hutan sehingga kami sempat basah-basahan diguyur air hujan selama kami nonton feeding time. Orang utan sendiri merupakan bangsa kera besar sejenis simpanse dan gorilla yang bisa hidup di pepohonan dengan membuat sarang dari dedaunan. 

Termasuk binatang omnivora alias pemakan segalanya seperti manusia. Namun makan buah-buahan seperti pisang masih menjadi favoritnya. Terbukti tiap hari minta disuplai pisang berkarung-karung dan selalu dilahap dengan sempurna. Si ibu orang utan datang mengambil jatah pisang sendirian aja sementara anak-anak nunggu di rumah sambil menyiapkan kompor, wajan dan minyak goreng buat menggoreng pisang buat makan siang. Orang utan itu penganut aliran soliter alias suka jalan sendirian sehingga jarang banget ditemukan mereka jalan bergerombol, paling-paling kita hanya menemukan ibu dan anak atau kakak beradik yang tengah asyik mencari kutu rambut.


camp leakey


Kami kembali ke kapal klotok ketika matahari hampir tenggelam. Ngobrol lagi seputar rencana tahun baruan nanti malam sambil menyeruput teh hijau dan menikmati pisang goreng hangat…duhhh… ini membuktikan kita dan orang utan adalah sodara sebangsa dan setanah air yang memiliki selera makan sama hihihi Kok ya kebetulan banget hari ini tanggal 31 Desember alias penghujung tahun, harusnya kami pesta terompet dan kembang api. Tapi karena sekarang kami sedang berlayar menyusuri sungai di pedalaman Kalimantan sehingga tak mungkinlah kami pesta pesta seperti biasanya..Harus dibuat luar biasa ini. 

Jadi malam itu kami berkumpul mengelilingi meja makan bundar kesayangan kami menikmati makan malam dengan hidangan ala Chef Iman, terus  satu persatu dari kami cerita tentang resolusi di tahun baru. Resolusi resolusi kagak jelas yang pada ujungnya menimbulkan kontroversi dan gelak tawa di antara kami. Ketika lagi ketawa tak ada ujungnya itu tiba-tiba ada cahaya berkelap-kelip di pinggiran sungai. Ribuan kunang-kunang bersinar di antara rimbun pohon nipah di sekitar kami. What a damn beautiful light! Dan spontan kami nyanyi Fireflies-Owl City and cheers for the New Year dear friends.....

You would not believe your eyes if ten million fireflies

Lit up the world as I fell asleep

Cause they fill the open air and leave teardrop everywhere

You’d think me rude but I would just stand and stare…………..

I'd like to make myself believe that planet earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay awake when I'm a sleep

Cause everything is never as it seems...........


Happy New Year







 

 

 

 

 

 

Sabtu, 09 Januari 2021

Under Lapopu and Waimarang Falls

 

There’s no better place to find yourself than sitting in a waterfall and listening to it’s music….. Setuju banget dengan quote kece Roland R Kemler tentang air terjun yang merupakan landscape favorit saya se-alam raya. Air terjun tidak pernah gagal membuat hati saya tentram dan pikiran menjadi jernih kembali setelah mendengar suara gemericik air berjatuhan ke bumi. Dan untuk urusan air terjun cantik, Sumba adalah juaranya. Banyak air terjun super keren terbentang dari barat ke timur sepanjang pulau eksotis bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut.

Siang itu kami tiba di air terjun Lapopu selepas menempuh perjalanan selama 1 jam dari kota Waikabubak, Sumba Barat Daya. Sekedar info, kami masuk pulau Sumba melalui bandara Tambolaka di kota Waikabubak dan sempat istirahat sehari di sana sembari mengumpulkan energi untuk persiapan eksplorasi so many waterfall, soooo many beautiful beach, people, culture, and other beautiful things selama dua hari ke depan.

Lapopu merupakan bagian dari Taman Nasional Manupeu Tanah Daru di kota Sumba Barat. Hmmm… saya demen banget maen ke taman nasional yang berhubungan ama dunia kehutanan. Pasti harus masuk hutan dengan jalur trekking menantang adrenalin. Red riding hood, lets go into the wood…… Hutan di Manupeu Tanah Daru termasuk perwakilan hutan musim semi peluruh dataran rendah dengan keanekaragaman hayati bernilai tinggi seperti cemara gunung, cemara hutan, jambu hutan, kemiri dan asam. Jadinya sepanjang jalan menuju air terjun, saya mengamati pepohonan di sekeliling sambil berharap ada asam jatuh yang bisa diemut buat permen. Jalur trekking di hutan ini ternyata cukup pendek dan kurang menantang karena hanya butuh waktu 15 menit saja untuk sampe ke salah satu air terjun favorit di tanah Humba.

Bahagianyaaaa ketika melihat penampakan Lapopu, air terjun berundak dari tebing curam ketinggian 90 meter dengan air super duper jernih dan dinginnnn. Brrrrrrrr…. Kok dingin yaa… pengen nyemplung takut beku. Alhasil saya menganut quote Roland Kemler sajalah. Duduk di bebatuan memandangi air berjatuhan dan mendengarkan keindahan simpony alam. Nyesss…. Sesederhana itu menemukan kedamaian hati.

The next waterfall terletak di Sumba Timur, 2 jam dari kota Waingapu dengan nama pake Wai wai juga… yaitu air terjun Waimarang. Dalam Bahasa Sumba, wai artinya air. Ohh pantesan banyak wisata air namanya pakai kata wai…  waimarang… waikelo.. waikuri….. Dan air terjun kedua ini lebih amazing, seperti masuk ke dunia lain… magissssss…… Sumpah, bingung saya melihat landscape di kiri kanan. Ini di mana yaaa… apakah kami tersesat? Somewhere in Tanzania…. tersesat di gurun kering kerontang maha luas. Tak ada rumah, tak ada pepohonan sama sekali. Ini kalo kebelet pipis gimana ya…. *mikir*  Sempat kepikiran juga pengen bikin video clip di sini pake lagu lawas Keane. Somewhere only we know. Tempat rahasia kita, say….. Temui aku di sini duhai kanda Nicolas Saputra…. And if you have a minute, why don’t we go… Talk about it somewhere only we know….. This could be the end of everything. So why don’t we go….. Somewhere only we know….. Somewhere only we know……

Menuju Waimarang ternyata membutuhkan perjuangan cukup berat karena jalur trekking ngeri ngeri sedap seperti misi mencari harta karun tersembunyi di perut bumi. The hidden Waimarang must be found soon! Mari kita masuk ke hutan lagi, nyebrang sungai dan menyusuri tebing curam demi menggapai Waimarang. Lumayan ekstrim dan menantang adrenalin beneran ini. Tapi demi harta karun itu kami menembus hutan pada suatu hari di bulan September ditemani daun-daun yang mulai menguning dan memerah menandai datangnya musim gugur. Kalo di Lapopu ada jembatan bambu buat nyebrang sehingga tidak perlu basah-basahan, yang kedua ini beneran harus nyemplung sungai. Udah deh pasrah aja nyebrang sungai dalam hutan liar dan gelap banget sehingga semakin kerasa magis-nya. Moga aja tidak bertemu penampakan menyeramkan ya… Yang paling bikin nangis ketika saya harus merayap tebing curam. Duhhh… saya bukan cicak cicak di dinding… bukan pula spiderman…. Menahan keseimbangan dengan merayap tebing biar gak kecebur sungai itu merupakan siksaan berat…. Helppp meee… somebody help me…….

Dan tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Kelelahan dan ketakutan amblas seketika melihat penampakan air terjun mungil namun kokoh dan begitu elegan dengan kolam alami warna tosca di bawahnya. The hidden Waimarang is finally found! And….. There’s a hidden message in every waterfall. It says, if you’re flexible, falling will not hurt you…… ahhhhh…. Yuk kita belajar falsafah dari air terjun ya…. Jatuh dalam kehidupan itu biasa aja, tidak akan sakit jika kamu fleksibel, ikuti aja jalan takdirmu. Lahh kok mendadak bijak gini ya hihihihi…  Memang tempat ini membawa aura magic and wise. Tenang.. Kalem… Jadi pengen yoga di sini euy…. Mari kita duduk sejenak dalam posisi lotus di pinggiran air terjun dengan cahaya nan remang-remang dan temukan kedamaian dalam jiwamu. Pejamkan mata, rasakan sakitmu, take a breath…. relax…. take it easy…. Hear the water falls.....

wonderful waimarang