Rabu, 18 Januari 2017

Sailing


Sailing Komodo
I am sailing.... I am sailing....
home again cross the sea....   
I am sailing... stormy waters....
to be near you.... to be free.....
oh Lord, to be near you....
to be free.......
oh my Lord, to be near you
to be free.....

Mulut saya tak hentinya mengalunkan lagu Sailing – Rod Stewart ketika kapal kami menyusuri laut Flores sore itu. Walaupun bukan ziarah spiritual tapi bagi saya setiap perjalanan membawa kesan tersendiri dan efeknya langsung masuk ke hati. Apalagi suasana laut di perairan Komodo sangat mendukung kita untuk melakukan pencarian jati diri dan bahkan mungkin pencarian terhadap Tuhan seperti kata Rod Stewart. Bayangkan aja ketika sendiri terdampar luas di lautan tanpa sadar makluk laut siap muncul kapanpun trus memangsa kita hihihi Seolah kita merasa sangat kecil di tengah angkasa dan cakrawala membentang tanpa batas.

I'm sailing...  I'm sailing... to be near you... to be free.....

before sunset
Just an hour before sunset....... Saya duduk sendirian di galangan kapal mengabadikan perubahan warna langit. Dari kelabu menjadi bersepuh kekuningan kemudian merona kuning-oranye dengan begitu magis dan megah. Deretan pulau karang di sepanjang laut turut menjadi saksi bisu ketika mentari mulai pulang kembali ke bumi. Belum pernah saya merasa sendiri dan hanya berteman dengan alam raya seperti ini. Speechlessssssss..................

Kalo saya Rod Stewart kira-kira bakalan seperti ini rasanya.....
Ku berlayar mengarungi lautan menuju kembali ke rumahmu, Tuhan
Ku berlayar mengarungi badai di lautan hanya untuk dekat denganmu
Bisakah kau dengarkan aku di malam gelap ini, nun jauh di sana
Aku begitu menginginkan dekat denganmu, Tuhan........

Tengah larut dalam sebuah perenungan sore itu tiba-tiba saya dikejutkan dengan reriuhan dalam air. Somebody come.... somebody come..... That’s manta ray!!!! OMGGGG.... How beautiful and graceful she is coming out from the sea. Pertemuan dengan makluk laut bernama Manta itu membuat hati saya makin tergetar menyadari keagungan Ilahi. Seumur hidup saya belum pernah sedekat ini dengan penghuni kerajaan lautan. She’s dancing.... She’s dancing..... She’s dancing .... Watching the manta ray’s dancing at sundown was the most unforgetable memory....   


Manta Ray's dancing

Selasa, 17 Januari 2017

From Coast to Coast



pulau bidadari
More than words can express how I feel when the first time I live on a boat.... Seumur-umur ngeliat kehidupan di laut itu cuma dalam film Popeye the Sailorman atao lewat lagu We’re livin in yellow submarine... Yellow Submarine milik The Beatles. Dan ketika mengalaminya sendiri, beneran di luar bayangan. Seneng campur puyeng-puyeng gimana gitu rasanya. Meluncur di lautan luas dengan pulau-pulau karang cantik nan eksotis di perairan Komodo merupakan sebuah kemewahan tersendiri. Walaupun badan saya sempat meriang karena menyesuaikan diri dengan iklim lautan dan angin jahat yang bertiup kencang namun saya tetap semangat menjalani kehidupan goyang-goyang seorang sailorman. Dan tak hentinya saya bersyukur karena diberi kesempatan untuk melihat pantai-pantai menawan di kawasan Indonesia timur sebelum saya  keliling dunia suatu hari nanti hehehehe

Rombongan kami menumpang kapal Komodo Jaya dan dinahkodai oleh seorang laki-laki Bajo yang asalnya dari tanah Sumba. Duhh... hati saya langsung tergetar mendengar pulau itu disebut. Daerah eksotis berkontur bukit-bukit dengan savana membentang luas di sepanjang daratan. Dia berbicara tentang keelokan tanah kelahirannya yang memiliki beragam kesenian dan kerajinan tenun super cantik dan menawan hati. Oh betapa saya ingin mengunjungi Sumba dan belajar tenun dari ibu-ibu di pulau tersebut. Namun keinginan tersebut harus ditepis dahulu karena sekarang saatnya menikmati keindahan bawah laut kepulauan Komodo beserta pantai berpasir putih, abu dan merah jambu. Aihhh.... tak sabar ingin segera menikmati keromantisan pink beach yang begitu populer itu.

D and D
Komodo jaya merapat pertama kali di pulau Bidadari yang terkenal sebagai hotspot snorkeling utama di kawasan Komodo. Mungkin bagi pecinta snorkeling, tempat ini langsung bikin gairah membuncah hihihi tapi bagi anak gunung kayak saya yang hidup di daratan melulu dan sedikit anti air bakalan nyari alternatif kesenangan lain. Hanya berani berenang di pinggiran dan bermain pasir putih cukuplah membahagiakan karena ada David si sana. Alamak.... rambutmu yang berkibar-kibar terkena hembusan angin laut itu sukses mencuri perhatian mata saya sebagai pecinta musik metal hihihi Ngebayangin kayak salah satu vokalis band metal dengan rambut indah bagaikan nyiur melambai.

Dan berhubung suasana hati David selalu gembira ketika bersentuhan dengan alam maka mudah saja mengajaknya ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati air bening hijau turqoise di depan kami. Such a humble and nice guy eventhough sometimes he is so childish hehehe Tak berapa lama kemudian David pamit karena kebelet pengen snorkeling dan tak tahan godaan terumbu karang dan ikan warna-warni di kerajaan neptunus. Be careful my dear.... salam buat bang Nemo dan kawan-kawan yah....
the lovely pink beach

Puas menikmati pulau Bidadari dan bertemu bidadara David kemudian kapal melanjutkan perjalanan pantai-pantai berikutnya. Hopping island kali ini sangat amat memanjakan mata cos  sepanjang laut  atmosfernya kayak jaman purba alias pada suatu masa ketika dinosaurus mengembara di muka bumi. Rangkaian pulau kecil tak berpenghuni nan kering kerontang berwarna kecoklatan menghiasi kepualauan Komodo. Entah karena kami mengunjungi tempat ini pas akhir musim kemarau sehingga tanaman mengering atau warna daerah ini asli coklatnya, saya kurang tahu. Tapi seperti imajinasi saya tentang daerah Nusa Tenggara timur itu ya kayak gini. Panas, kering, gersang namun teramat sangat eksotis. How many times I said exotic?? Hundred times maybe...tapi tempat ini memang beneran eksotissssssssssssss.......

lost in pink
Lanjut ke pulau Komodo namun tujuan kami bukan bertemu binatang langka tersebut melainkan snorkeling lagiiiiii di Pink beach. Kalo janjian ama si komo nanti aja di pulau Rinca yaa...... Dan siang terik itu mas David rela snorkeling maning sementara saya hanya duduk di pinggiran nyari kerang dan mengagumi warna pink pasirnya. Walo sebenernya gak pink-pink amat kayak di foto majalah travelling tapi lumayan lah ada rona pinky di sana. Kabarnya warna pink akibat alga warna pink yang hidup di bawah laut plus pantulan sinar matahari membuat kilau pink semakin kuat. Jadi kalo pengen liat Pink beach warnanya beneran pink ke sanalah pas siang bolong ketika matahari tepat di atas kepala.
Di Pink beach itu lagi-lagi ketemu David setelah ia puas snorkeling sesiangan itu. Dengan wajah  sumringah  ia menyapa kami yang lagi asyik wefie barengan mbak Riyanni Djangkaru. Come here join us... Come here Daveeee..... Then we took some lovely shots.....  Cheeeerrrrrssssssssssss..............................
cheeerssssssssssssss

Senin, 16 Januari 2017

All The Way to Labuan Bajo



Labuan Bajo's magical sunset
Akhirnyaa..... Pada suatu siang di pertengahan bulan Oktober kakiku menapaki bumi Labuan Bajo, tanah impian di pesisir timur Indonesia yang sudah sekian lama saya rindukan. Meski postingan super late post tapi kesan dari perjalanan itu masih membekas hingga kini sehingga kapanpun nulisnya  tidak masalah lah ya.... hehehe

Mungkin inilah perjalanan paling panjang, paling menyenangkan, paling berkesan dan paling beruntung. Such a greatttt greattt luck saya mendapatkan kesempatan mengikuti program Pesona Indonesia dari Kementrian Pariwisata. It means perjalanan ini tak hanya sekedar senang-senang doang namun juga ada misi untuk promo wisata Indonesia khususnya tanah Komodo di mata dunia. Dan kontribusi kita sebagai pengguna medsos adalah memposting foto selama bersuka ria menikmati program Sailing Komodo.  Selain itu kita juga bakalan centil-centilan syuting video buat program Pesona Indonesia. Tugas yang menarik dan amat sangat menyenangkan bukan.....    

Perjalanan panjang ini dimulai dari kota Yogya, tempat tinggal saya menuju kota Tangerang karena meeting point di bandara Soekarno Hatta. That’s why saya harus bersusah payah dahulu melahap sebagian jalan pulau Jawa menuju ke barat. Dari Jakarta, we took the first flight menuju Denpasar selama  1,5 jam. Kemudian kita transit di pulau Dewata nunggu pesawat yang akan membawa kita ke Labuan Bajo. Sembari nunggu penerbangan siang kita ngobrol di cafe bandara sambil ngecengi Lembu Wiworo Jati hihihi And what a surprise ketika tahu dia ikut dalam rombongan kita ke Komodo. Tak lama kemudian kita disamperi sama seorang cowok super ganteng berambut gondrong megah seperi Jesus. Hello.... I’m David..... Suaranya lembut sekali sangat kontras dengan wajah garang dan  bandelnya itu. Dan semenjak itulah  lagu Cant Take my eyes off of you mengalun lembut di sepanjang perjalanan dari Denpasar menuju Labuan Bajo.

one fine day in Labuan Bajo

Penerbangan 2 jam berlalu tanpa terasa karena saya berubah bagaikan satelit milik google earth yang memindai rangkaian pulau di tengah lautan maha luas dan maha biru itu. Ditambah pemandangan indah di depan saya, mas David, bikin saya nggak ingin penerbangan ini berakhir. Stay high, stay fly with you hehehe Bali menghilang disusul pulau Lombok kemudian pulau-pulau kecil yang mengitarinya sepanjang jalur Nusa Tenggara.  
three black magic women

Tiba di Labuhan Bajo sekitar pukul 1 siang kita ngumpul dengan anak-anak Pesona Indonesia di lobi bandara Komodo dan langsung jeprat-jepret gak jelas. Asli kagak ada yang kenal tapi bisa mingle dengan suka ria. Maklum aja namanya tukang jalan jadi di manapun berada kita enjoy aja sih.......  karena waktu makan siang tiba so tujuan pertama kita pastinya adalah having lunch di sebuah restoran di pinggir laut.  Nampaknya kita semua memimpikan kota pelabuhan nan cantik dan eksotis di kawasan Indonesia timur ini sehingga kita so excited banget sampe teriak-teriak gitu. It’s like falling in love at the first sight....or maybe it’s like a dream come true.... yayyyy!!!

Labuan bajo terletak di ujung barat pulau Flores yang merupakan kota pelabuhan utama sebagai pusat pelayaran melayani jalur wisata ke Kepulauan Komodo. Boleh jadi kota ini menjadi pintu gerbang utama di Nusa Tenggara Timur karena wisatawan yang menuju taman nasional komodo bakalan naik kapal dari pelabuhan tersebut. Hal paling menyenangkan dari kota ini adalah medannya yang berbukit-bukit sehingga kita bisa menyaksikan keindahan sunset dengan leluasa dari atas bukit Bajo. That’s one of the best sunset i’ve ever seen.  Selain matahari terlibat lebih gede dan  cemerlang, aura langitnya itu beneran magis dan membuat siapapun yang melihatnya seolah tersihir menyatu dengan keabadian alam.

 Dan Senin pagi itu, di kala manusia lainnya mulai sibuk beraktivitas dan berkutat dengan pekerjaaan sehari-hari, we prepare to start our journey to the west.... traaalalalalalala.... It’s a beautiful Monday. Komodo Jaya segera meluncur ke lautan dalam misi pencarian lumba-lumba dan manta ray. I’m popeye the sailorman....I’m Popeye the sailorman..... And the sailing komodo began........    

The ladies on boat