Awal tahun 2023 saya sempat nyasar pedalaman suku Baduy yang berlokasi di kabupaten Lebak provinsi Banten dengan sekelompok backpacker dari berbagai kota. Enggak tahu kenapa pengen ke sana padahal udah tahu kalo perjalanan ke sana membutuhkan waktu dan tenaga ekstra karena medan yang lumayan berat. Tapi tahu tahu nyampe aja di sana dengan sendirinya bersama anak-anak muda nan ceria walo agak tertatih-tatih mengingat faktor usia.
Suku Baduy hidup berdampingan dengan alam dan memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Suku Baduy terdiri dari 2 kelompok yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Ada beberapa perbedaan yang bisa kita temukan mulai dari cara kehidupan, cara berpakaian hingga cara menerima budaya luar. Orang Baduy Luar tinggal di lima puluh kampung yang tersebar di berbagai wilayah kaki Gunung Kendeng. Sedangkan orang Baduy Dalam tinggal di tiga kampung dan dipimpin oleh ketua adat yang dikenal dengan sebutan Pu’un. Kampung-kampung tersebut adalah Kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
Untuk warna pakaian orang Baduy Luar memakai baju warna hitam atau biru tua yang menyimbolkan kesederhanaan. Sementara itu orang Baduy dalam mengenakan baju warna putih yang memiliki arti kesucian. Baduy Dalam masih memegang teguh tradisi nenek moyang dan menolak penggunaan teknologi.
Orang Baduy Luar masih lebih terbuka dalam menerima modernisasi dan sangat friendly terhadap para pengunjung yang ingin homestay menikmati slow living ala ala suku pedalaman. Dan ke sanalah kita pada suatu weekend di akhir bulan Januari 2023.
Staycation di pedalaman Baduy menyadarkan kita untuk menikmati kehidupan dengan penuh kesadaran dan kesederhanaan. Setiap momen dilakukan dengan penuh kesadaran tanpa harus terburu-buru mengejar sesuatu. Bangun pagi langsung bercengkrama di teras ditemani secangkir kopi hitam plus seabrek cemilan sambil menikmati suara burung bercicit dan melihat ayam-ayam yang sedang bermain gembira di halaman.
Kemudian kami jalan jalan menyusuri perkampungan Baduy Luar melihat aktivitas warga. Terlihat mereka sedang kerja bakti membersihkan lingkungan. Betapa orang Baduy sangat menyatu dengan alam sehingga kebersihan lingkungan bisa terjaga dengan baik. Sungai bersih dan air mengalir dengan jernih. Dengan alam sebersih ini kayaknya berpengaruh dengan kulit para wanita Baduy yang putih dan glowing tanpa skincare. Sumpeh... cantik-cantik dan mulus gitu kulitnya.
Kehidupan di sini memang berjalan lambat tapi tidak berarti tidak produktif. Ibu-ibu asyik menenun di teras sementara sebagian lainnya berjualan kain tenun di rumah mereka. Anak-anak bermain dolanan tradisional di halaman tanpa terlihat memegang gadget. Gimana mau main gadget wong gak ada sinyal... Sebenarnya untuk Baduy Luar sendiri sudah terbuka terhadap teknologi seperti internet tetapi karena medan pegunungan dan hutan-hutan gini jadi ya tetep susah sinyal. Harus pake wifi jika ingin mengecek WA, buka IG, baca Twitter atau scroll Tiktok. Tapi dengan ketentraman seperti ini rasanya ingin sejenak melupakan sosmed dan segala huru hara di dalamnya. Berusaha untuk mindfulness dengan menikmati momen ini... saat ini.... ketika kami menyusuri pedalaman Baduy Luar yang penuh kedamaian dan kesederhanaan. What a simple life.... Simple but content......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar