Sepertinya asyik banget punya profesi sebagai
Paleontologist kayak si Ross Geller di serial Friends yang hobinya berurusan
ama fosil-fosil manusia pra sejarah plus dinosaurus dan kawan-kawan. Dan demi
memuaskan hasrat terpendam sebagai paleontologist sekaligus membuktikan cerita
dalam buku sejarah, akhirnya kesampaian juga cita-cita saya mengunjungi museum
Sangiran, the homeland of Java man beberapa waktu lalu.
Terletak di perbukitan Kendeng, Sragen, Jawa Tengah
museum ini kesannya cukup pelosok padahal aslinya akses ke sana mudah sekali
dan tidak jauh-jauh amat dari kota Solo. Ambil rute ke arah Purwodadi dan ikuti
saja jalan satu-satunya hingga menemukan tugu selamat datang di situs Sangiran
kemudian belok kanan mengikuti petunjuk di tugu tersebut. Walo masih sekitar 3
kiloan menuju museum tapi perjalanan lumayan menyenangkan karena daerah sana
masih asri dengan pepohonan di kanan kiri jalan.
Sesuai dengan tag-line museum Sangiran,the homeland of
Java man begitu masuk museum ini kita disuguhi fosil tengkorak manusia purba
paling beken yaitu Pithecantropus erectus, homo sapiensis, homo soloensis, homo
erectus dan cro-magnon. Voila....akhirnya saya berjumpa dengan manusia
cro-magnon. Dulu sering baca kisah nenek moyang para seniman yang jago bikin
patung dan lukisan ini di komik apa ya.... pokoe jaman-jaman SD gitu pas lagi
hobi dolan ke perpustakaan kota di deket alun-alun hihihi
Ternyata tiap manusia purba punya ciri khas tersendiri
lho... Kalo cro magnon terkenal sebagai seniman,lain halnya dengan homo
erectus,sang pengelana dunia. Manusia purba pertama yang mampu menyebar ke
berbagai penjuru dunia dan bisa bertahan di segala musim. Sedangkan homo
sapiens terkenal karena kemampuannya menciptakan peradaban dan teknologi
tinggi. Coba bedakan bentuk tengkorak mereka.....
|
Cro-magnon |
|
Homo erectus |
|
Homo sapiens |
Puas menyaksikan manusia purba, saya melanjutkan rute
mengunjungi koleksi fosil hewan-hewan purba yang hidup pada masa pra sejarah.
Lumayan terkejut juga karena bukan dinosaurus yang saya jumpai tapi justru
gajah purba sejenis stegodon dan mastodon memenuhi koleksi museum Sangiran.
Gajah merupakan salah satu binatang tertua penghuni planet bumi. Dan lumayan
terkejut juga kalo mastodon merupakan gajah purba karena selama ini tahunya
nama sebuah grup band death metal kesayangan mas Ryan pelor. Sumpah,
jadi kangen mas Ryan.....xixixi
Berkunjung ke museum Sangiran memaksa saya untuk
me-rewind kembali pelajaran biologi jaman SMP pas lagi mumet-mumetnya ngapalin
teori Evolusi dari Charles Darwin buat ujian semesteran. Apa yang kau ingat
tentang teori Evolusi?euhm, manusia ber-evolusi dari masa ke masa. Hanya
sepanjang itulah ingatan saya padahal jawabannya pasti lebih panjang dan lebar
penjelasannya. Begini cerita soal evolusi...... Prinsip dasar teori darwin
adalah makluk yang paling cocok dengan lingkungannya akan bertahan hidup (
survival of the fittest). Yang dapat bertahan hidup akan mempertahankan
ciri-cirinya yang menguntungkan. Variasi makluk terjadi karena proses
penyesuaian diri pada lingkungan yang berubah agar tetap bertahan hidup.
Demikian sekelumit cuplikan dari buku karya Darwin yang paling ngehits berjudul
the Origin of Species. Yah,sayang bukunya hanya di pajang di etalase, coba
boleh dipinjam dan dibawa pulang....I’d love to read this masterpiece.
|
Buku The Origin of Species |
Banyak sekali pengetahuan dan cakrawala baru yang bisa
diperoleh dengan mengunjungi museum. Cuman sayang selama ini museum sering
dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai tempat penyimpanan benda mati
belaka. Apalagi bangunannya kuno dan kurang perawatan sehingga kita malas
meliriknya. Namun dengan bangunan baru yang dirancang cukup menarik diatas bukit,
museum Sangiran menjadi salah satu destinasi yang layak dikunjungi khususnya
bagi pecinta pra sejarah. Tak hanya museum Sangiran aja yang berada di kawasan
situs Sangiran tapi sekali jalan kita bisa mengunjungi museum Bukuran dan Dayu
yang menyimpan koleksi benda purbakala lainnya.